Monthly Archives: April 2008

Wisata Kuliner

Oleh: Mula Harahap

Ada 2 acara wisata kuliner TV yang saya senangi. Yang pertama adalah “No Reservation”, dipandu oleh Anthony Bourdain, dan disiarkan di Discovery Chanel. Yang kedua adalah (saya lupa judulnya), dipandu oleh Keith Floyd, dan kalau saya tak salah ingat juga disiarkan di Discovery Channel.

Bagi saya acara itu menjadi menarik karena kita selalu diingatkan bahwa urusan kuliner adalah urusan kebudayaan. Mengenal makanan suatu masyarakat artinya mengenal kebudayaannya.

Dalam acara “No Reservation” kepada kita selalu diperlihatkan bagaimana Anthony Bourdain berinteraksi dengan penduduk setempat, mengobrol tentang berbagai aspek kebudayaan yang menarik hatinya, dan menyantap berbagai makanan yang (biasanya) erat kaitannya dengan aspek kebudayaan yang sedang diperbincangkannya itu.

Continue reading

Saya dan Kura-kura Saya

Oleh: Mula Harahap

Saya rasa para pedagang yang selalu berkerumun di depan pagar SD (terutama SD Negeri yang marjinal itu) adalah manusia yang paling kreatif dan inovatif. Mereka selalu tahu bagaimana caranya memberi nilai tambah kepada sebuah barang, yang oleh orang dewasa sebenarnya sudah dianggap tak berguna, sehingga di mata anak-anak kecil yang penuh imajinasi dan fantasi, barang tersebut menjadi sesuatu yang istimewa.

Ketika anak lelaki saya masih duduk di bangku SD saya selalu geleng-geleng kepala melihat oleh-oleh yang dibawanya pulang dari sekolah, dan yang dibelanjakannya dengan uang jajannya yang kecil itu.

Sekali waktu anak saya membawa sebuah “gramafon”. Dan yang dimaksud dengan gramafon adalah sebuah kotak dari karton (corrugated paper) dan di tengahnya ada sebuah pringan hitam yang didudukkan di atas sebuah paku.

Continue reading

Cerita Tentang Oleh-oleh

Oleh: Mula Harahap

Kemarin ketika pulang dari Medan saya dititipi oleh-oleh berupa makanan. Sebenarnya saya adalah orang yang paling malas untuk membawa oleh-oleh dari sebuah perjalanan. Anak-anak saya yang sudah dewasa itu tak terlalu perduli dengan oleh-oleh. (Bagi mereka oleh-oleh itu hanya satu macam: uang). Dan lagipula, saya adalah orang tak suka repot-repot bila masuk ke kabin pesawat terbang.

Karena sanak-saudara sudah berlelah-lelah membelinya, terpaksa jugalah saya bawa oleh-oleh itu. Tapi sepanjang perjalanan menuju Bandara Polonia saya terus berpikir bagaimana membawa oleh-oleh yang “ribet” tersebut ke dalam kabin.

Ketika sedang menunggu giliran check-in, saya melihat orang-orang di sekitar saya ternyata membawa oleh-oleh yang sama dengan saya: bolu gulung “meranti” yang dikemas dalam kotak dan diberi tali untuk memudahkan menentengnya. Ternyata orang-orang itu memasukkan oleh-olehnya sebagai bagasi. Dengan senang hati saya pun melakukan hal yang sama.

Continue reading

Fenomena Psikis Yang Tak Lazim dan Hal-hal yang Supra-Natural dalam Ritus-ritus Keagamaan

Oleh: Mula Harahap

Ada aliran-aliran agama (agama apa pun itu) yang ritus-ritusnya membuat jemaat masuk ke dalam suasana emosi tertentu, lalu mengalami fenomena-fenomena psikis yang tak lazim, atau bahkan mengalami hal-hal yang tak bisa (atau belum bisa) dijelaskan dengan nalar dan karenanya juga disebut sebagai hal-hal yang supra-natural.

Kalau kita melihat orang melolong atau menggelepar gelepar di lantai dalam kebaktian sebuah kelompok Kristen di dekat bandara Toronto (yang dikemudian dikenal sebagai Toronto Blessing), atau melihat Bhagavan Sri Sathya Sai Baba memetik uang logam dari udara dan membagikannya kepada jemaatnya, maka semua itu adalah contoh dari ritus aliran-aliran agama yang membuat jemaat masuk ke dalam suasana emosi tertentu, lalu mengalami fenomena-fenomena psikis yang
tak lazim atau–bahkan–mengalami hal-hal yang bersifat supra-natural.

Continue reading