Monthly Archives: November 2008

Seleksi Pemimpin: Antara Dunia Kera dan Indonesia

Oleh: Mula Harahap

Program Pascasarjana Komunikasi Politik Universitas Indonesia, menggelar diskusi publik soal iklan politik, Rabu (19/11) di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat. Mengangkat tema Dengan Iklan
Politik Menuju Kontrak Politik? diskusi ini menghadirkan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Anas Urbaningrum, Rizal Mallarangeng, Wiranto, Effendi Ghazali, dan Garin Nugroho (Harian KOMPAS, Selasa 18 November 2008)

Di dunia hewan–terutama di dunia kera–pemimpin itu biasanya muncul dari bawah. Dan untuk bisa menaiki jenjang kepemimpinan maka seekor kera harus benar-benar bisa membuktikan bahwa dirinya memang layak diakui sebagai pemimpin. Kera itu harus melewati berbagai pertempuran.

Continue reading

Mengkutak-katik Google Translate

Oleh: Mula Harahap

Sebagai orang yang pernah menerjemahkan beberapa buku maka saya merasa bahwa pekerjaan menerjemahkan itu bukanlah pekerjaan yang mudah.. Disamping harus mengganti arti kata-kata dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, kita juga masih harus memahami maksud kalimat atau alinea dari satu bahasa, dan menuliskannya kembali dalam kalimat atau alinea dari bahasa yang lainnya sehingga pembaca bisa menangkap pikiran dan perasaan yang disampaikan oleh si penulis. Dan lebih jauh lagi, kita juga harus bisa menyampaikan kepada pembaca “style” atau gaya bertutur si penulis.

Continue reading

Pancasila Sebagai Sebuah Strategi Kebudayaan

Oleh: Mula Harahap

Saya suka memperhatikan gerak orang ketika sedang memanjat batang pinang atau tiang listrik. Biasanya orang itu akan lebih dulu menjepit batang pinang tersebut dengan kedua pahanya. Kemudian bagian tubuhnya yang sebelah atas direnggangkannya sedemikian rupa. Sampai pada suatu ketinggian tertentu, giliran kedua kedua tangannya yang menjepit batang pinang tersebut. Kemudian seraya kedua tangannya menjepit batang pinang, kembali diangkatnya bagian tubuhnya yang sebelah bawah.Sampai pada ketinggian tertentu, kembali lagi dia menjepit batang pinang tersebut dengan kedua pahanya. Begitulah jepitan paha dan tangan terjadi silih-berganti seraya orang itu semakin mendekat ke pucuk pohon.

Continue reading

Tentang Feodalisme dan Sri Sultan HB X

Oleh: Mula Harahap

Direktur Eksekutif CIDES (Center for Information and Development Studies) Syahganda Nainggolan menyatakan deklarasi Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai calon presiden 2009-2014 dengan mengundang 47 raja lokal se-nusantara dalam acara pertemuan atau “Pisowanan Agung” di Alun-alun Utara, Yogyakarta, Selasa, dapat membangkitkan feodalisme.

“Feodalisme kontra roduktif dengan semangat demokratisasi ke depan,” kata Syahganda di Jakarta, Selasa menanggapi manuver politik Sultan dalam pertemuan besar (pisowanan agung) itu pada Selasa. (Harian KOMPAS, Rabu 29 Oktober 2008)

Kata “feodal” atau “feudal”–yang berkembang di Eropa pada Abad Pertengahan itu–berasal dari kata “fee”, “feu” dan “feud” yang artinya adalah sebidang tanah atau sejumlah ternak yang hak pengelolaannya diberikan kepada seseorang, dan untuk mana orang tersebut memberikan sejumlah uang, sebagian dari hasil tanah atau ternak itu, atau tenaganya, kepada si pemilik. (Biasanya adalah para raja dan bangsawan).

Continue reading