Oleh: Mula Harahap
Tahun 1983 terjadi gerhana matahari total di Indonesia. Mungkin disebabkan oleh panjangnya durasi waktu dan luasnya wilayah yang akan mengalami gerhana, maka sejak jauh hari peristiwa tersebut telah menjadi perhatian dunia internasional. Di Indonesia pun telah disusun berbagai rencana untuk menghadapi peristiwa alam yang jarang terjadi tersebut.
Rupanya peristiwa itu juga dibicarakan oleh Menteri Penerangan Harmoko (waktu itu dia baru beberapa bulan menjadi menteri) dengan Presiden Suharto. Seperti biasa, sehabis pertemuan, Menpen Harmoko menteri keterangan kepada wartawan dan dimulai dengan kalimatnya yang khas itu, “Bapak Presiden memberi petunjuk….”
Menpen Harmoko mengatakan bahwa Presiden meminta rakyat Indonesia agar pada saat gerhana nanti tinggal saja di dalam rumah. Pada waktu itu Indonesia berada dalam pemerintahan rezim totaliter, karena itu tentu saja tidak ada yang berani mempertanyakan apa alasan, atau apa yang ada di benak Presiden Suharto ketika ia mengeluarkan petunjuk yang seperti itu. Ada yang mengatakan bahwa Presiden Suharto kurang mendapat informasi tentang apa sebenarnya gerhana matahari tersebut, karena itu ia menyikapinya dengan ketakutan yang berlebihan.
(Di kemudian hari Harmoko mengatakan bahwa Presiden menyuruh rakyat untuk mengurung diri sebenarnya demi untuk melindungi kesehatan mata rakyat, yaitu agar jangan terlalu lama memandang proses gerhana tersebut dengan mata telanjang. Tapi kalau memang demikian duduk perkaranya, mengapa pula pada saat konferensi pers itu Harmoko–sebagai Menteri Penerangan–tidak memberi penjelasan yang lebih jauh tentang perintah “boss”-nya itu? Berarti dia juga tidak tahu apa sebenarnya gerhana matahari itu).